Pemeliharaan Larva dan Panen Bibit Lele Sangkuriang
Pemeliharaan larva atau bibit ikan lele sangkuriang pasca penetasan
telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air dan
dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu kencang agar larva atau
bibit lele sangkuriang tidak teraduk. Pemeliharaan larva lele dalam
happa dilakukan selama (4-5) hari tanpa diberi pakan, karena larva lele
pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh larva
lele itu sendiri.
Memasuki hari ke-5 dan seterusnya kuning telur dalam tubuh larva telah
habis, larva selanjutnya dipindahkan ke dalam bak fiber untuk dipelihara
lebih lanjut. Pemeliharan larva dalam bak fiber dilakukan sejak ikan
memasuki umur 5 hari hingga 21 hari. Larva dipelihara dalam bak fiber
berukuran 4 m x 2 m x 0,8 m dan diisi air sebanyak 1/2 dari tinggi bak
dengan padat tebar 15.625 ekor/ m3. Jadi jumlah penebaran larva dalam
bak fiber sebanyak 100.000 ekor.
Selama dalam pemeliharaan di dalam fiber, larva umur 5 hari diberi pakan
cacing sutra (tubifex sp). Sebelum diberikan, cacing sutra tersebut
dicincang terlebih dahulu. Hal itu dilakukan karena ukuran bukaan mulut
ikan yang masih kecil. Pemberian cacing sutra cincang diberikan hingga
larva berumur 12 hari. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 50 gr setiap
kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Setelah ikan berumur
lebih dari 12 hari selanjutnya larva ikan diberi pakan cacing sutra utuh
dengan jumlah pakan sebanyak 75 gr setiap kali pemberian pakan pada
pagi dan sore hari. Pemberian pakan, selama masa pemeliharaan larva lele
sangkuriang diberikan pakan alami dan pakan tambahan. Menurut Mujiman
(2000), Pemberian pakan alami disesuaikan dengan ukuran benih. Biasanya
efektivitas pertumbuhan benih yang memakan plankton alami berkisar (2–3)
minggu sejak ditebar ke kolam. Pakan tambahan diberikan dengan dosis 3%
– 5% dari bobot populasi ikan dan diberikan dua sampai tiga kali
sehari, pemberiannya dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva, maka lingkungan yang baik
harus tetap terjaga. Menurut Lukito (2002), dalam kegiatan pengontrolan
kualitas air meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan
penyiponan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan
penyifonan bak pemeliharaan larva setiap pagi hari sebelum pemberian
pakan dan penggantian air sebanyak 50%. Penyifonan dilakukan untuk
membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran yang terdapat di dasar bak
pemeliharaan larva. Sedangkan untuk menambah oksigen terlarut dalam bak
pemeliharaan larva, air dalam bak pemeliharaan diberikan aerasi secara
terus menerus.
Meskipun kondisi ikan dalam kondisi yang baik, selama dalam
pemeliharaan, larva ikan lele sangkuriang tetap diberikan perawatan
sebagai upaya pengendalian hama penyakit untuk pencegahan. Menurut
Lukito (2004), kegiatan pengendalian hama penyakit meliputi pencegahan
dan pengobatan. Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan memberikan
garam sebanyak 3 kg dalam 3,2 m3 air (1 ppt).
Larva yang telah berumur 21 hari warna tubuhnya tampak kehitaman dan
sudah menyebar dipermukaan air, hal ini menandakan bahwa larva siap
dipanen untuk langsung dijual atau ditebar ke kolam pendederan yang
sudah disiapkan sebelumnya. Pemanenan larva atau bibit lele didahului
dengan menutup saluran pemasukan air dan membuka outlet. Kemudian pada
pipa outlet dipasang seser halus untuk menampung benih. Menurut
Prihartono dkk (2000), larva lele sangkuriang umur satu minggu telah
siap untuk dipanen. Selama kegiatan pemanenan perlu adanya perlakuan
tertentu karena lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang tidak
bersisik, tetapi tubuhnya berlendir. Oleh karena tidak bersisik maka
tubuhnya sangat mudah mengalami lecet dan luka. Lecet atau luka pada
lele sangkuriang dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang
sembarangan, cara panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang
tepat.
Larva diangkat atau dipindahkan dengan menggunakan beker glass berukuran
100 ml ke dalam baskom penampungan atau langsung dipacking ke dalam
kantong plastik berukuran 40 cm x 60 cm dua rangkap dan telah diisi air
sebanyak (4 – 6) liter, kemudian diberi oksigen sebanyak 2/3 dan diikat
dengan menggunakan karet gelang. Kepadatan larva per kantong tergantung
jarak pengangkutan atau permintaan dari pembeli. Tapi biasanya berkisar
antara (15.000 – 30.000) ekor larva dalam setiap kantong. Setelah
packing, benih siap dikirim ke tempat yang dituju.
Sumber : http://tipspetani.blogspot.com/2013/07/pemeliharaan-larva-dan-panen-bibit-lele.html
0 komentar:
Post a Comment