Wednesday, May 28, 2014

Manfaat Lele untuk Otak dan Jantung



Meskipun  terlihat agak menyeramkan, hitam dan berkumis, ikan lele memiliki daging yang halus dan rasa yang enak. Semua orang dengan mudah dapat menikmati ikan lele, karena ikan air tawar ini banyak dijajakan di warung pecel lele dengan harga yang relatif terjangkau. Si ikan berkumis ini ternyata membawa banyak manfaat untuk kesehatan, dilansir dari Livestrong.
Menyehatkan Otak dan Jantung
Ikan yang terkenal dengan kandungan omega-3 dan omega-6 adalah ikan-ikan ‘mahal’ seperti salmon, makerel, ikan kod dan sebagainya. Padahal,  ikan lele yang dijual di pasar-pasar tradisional memiliki manfaat yang sama. Satu porsi ikan lele menyediakan 220 mg asam lemak omega-3 dan 875 asam lemak omega-6. American Heart Association bahkan menyarankan agar orang-orang memasukkan ikan lele dalam menu beberapa kali seminggu. Kedua nutrisi tersebut memang baik untuk menjaga kesehatan jantung dan otak.
Penyedia Asupan Protein Yang Baik
Dalam satu porsi lele, tersedia 15,6 gram protein yang akan memenuhi semua kebutuhan asam amino yang dibutuhkan tubuh Anda. Kualitas asam amino yang diberikan ikan lele adalah kualitas yang baik untuk membangun masa otot dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Anda juga membutuhkan protein untuk menyediakan energi.
Sumber Vitamin B-12
Mengonsumsi satu porsi lele akan membuat kebutuhan vitamin B 12 yang dibutuhkan tubuh terpenuhi sebanyak 40 persen. Vitamin B 12 adalah nutrisi yang penting untuk membantu tubuh memecah makanan menjadi energi. Karena itu, asupan vitamin B 12 yang tercukupi akan membuat Anda lebih bertenaga dan tidak membuat cepat lesu.
Rendah Merkuri
Isu ikan laut yang mengandung merkuri masih menghantui. Bahaya dari mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri adalah pengaruhnya mengacaukan sistem saraf. Ikan lele biasanya dibudidayakan di perairan yang aman dari jangkauan merkuri, sehingga ikan ini cenderung aman dan rendah merkuri. Tak heran jika ikan lele dianjurkan untuk ibu hamil, karena tingginya tingkat merkuri dapat membahayakan janin.
JADI… JANGAN RAGU MAKAN IKAN LELE !!!

Keunggulan Lele Sangkuriang dibandingkan Lele Dumbo


No. Keterangan Lele Sangkuriang Lele Dumbo
I. Karakter Reproduksi


 - Kematangan gonad pertama (bulan) 8 - 9 4 - 5

 - Fekunditas (butir/kg induk betina) 40rb-60rb 20rb-30rb

 - Diameter telur (mm) 1,1 - 1,4 1,1 - 1,4

 - Lamanya waktu inkubasi telur  (jam) 30 -36 30 -36

 - Lamanya kantung telur terserap  (hari) 4 - 5 4 - 5

 - Derajat penetasan telur (%) > 90 > 80

 - Panjang Larva umur 5 hari (mm) 9,13 9,13

 - Berat Larva umur 5 hari (mg) 2,85 2,85

 - Sifat Larva  Tdk Kanibal Tdk Kanibal

 - Kelangsungan hidup Larva  (%) 90 -95 90 -95

 - Pakan alami Larva  (%) Moina Sp Moina Sp


Daphnia Sp Daphnia Sp


Tubifex Sp Tubifex Sp




II. Karakter Pertumbuhan


 - Pertumbuhan bobot 5 - 26 hari  (%) 29,26 20,38

 - Pertumbuhan panjang rata2 26 hari  (Cm) 3 - 5 2 - 3

 - Kelangsungan hidup 5 - 26 hari  (%) > 80 > 80

 - Pertumbuhan bobot 26 - 40 hari  (%) 13,96 12,18

 - Pertumbuhan panjang rata2 40 hari  (Cm) 5 - 8 3 - 5

 - Kelangsungan hidup 26 - 40 hari  (%) > 90 > 90

 - Pertumbuhan pd pembesaran 3 bln  (%) 3,53

 - Konversi pakan pd pembesaran   (%) 0,8 - 1,0 > 1




III. Toleransi terhadap lingkungan


 - Suhu (*C) 22 - 34 22 - 34

 - Nilai PH 6 - 9 6 - 9

 - Oksigen terlarut (mg/l) >1 >1




IV. Toleransi terhadap penyakit


 - Intensitas Trichodina Sp pd pendederan 30 - 40 >100

 - Intensitas Ichthiophthirius Sp pd pendederan 6,30 19,50


Sumber: BBAT Sukabumi

Pemeliharaan Induk Lele Sangkuriang



Proses pemeliharaan induk merupakan bagian dari fungsi pembenihan. Pembenihan adalah suatu kegiatan usaha memproduksi benih ikan sampai ukuran benih siap tebar. Kegiatan pembenihan lele sangkuriang meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahapan kegiatan pemeliharaan induk atau pematangan gonad, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan pendederan.
Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk lele atau disebut juga pematangan gonad merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting. Pemeliharaan induk yang baik akan menentukan kualitas dan kuantitas (fekunditas) telur yang dihasilkan. Bila pemeliharaan induk dilakukan dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik.
Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti persiapan tempat pemeliharaan, padat tebar induk, jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikannya.
Persiapan tempat pemeliharaan
Tahapan pemeliharaan induk diawali dengan persiapan tempat pemeliharaan induk. Induk lele sangkuriang ini dipelihara dalam bak beton  berbentuk persegi panjang dengan ukuran 600cm x 200cm x 150cm dan berjumlah 12 bak yang dibagian atasnya menggunakan kerangkeng serta dilengkapi dengan saluran pemasukan air (inlet) yang terbuat dari pipa PVC berukuran 2-3 inchi, dan saluran pengeluaran air (outlet) berukuran 4 inchi. Bisa juga dengan kolam terpal dengan ukuran yang sama, atau disesuaikan dengan kapasitas pembenihan yang direncanakan.
Pemeliharaan induk lele sangkuriang dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan induk betinanya berdasarkan kelompok generasi, karena untuk memudahkan dalam seleksi induk sekaligus untuk menghindari terjadinya kawin liar atau yang biasa disebut mijah maling. Dengan demikian kolam induk lele sangkuriang yang harus disiapkan minimal 2 buah kolam. Satu buah kolam induk untuk induk lele jantan dan satu buah untuk induk lele betina .
Penebaran induk
Induk yang digunakan dalam kegiatan pembenihan adalah lele sangkuriang produk BBPBAT Sukabumi. Induk lele sangkuriang yang akan ditebar kedalam bak pemeliharaan induk diseleksi terlebih dahulu untuk mengetahui induk itu jantan dan induk betina. Selain itu, induk lele sangkuriang yang akan ditebar harus sehat, tidak cacat serta memiliki organ tubuh yang lengkap dan organ tubuh yang tidak rusak. Adapun kepadatan induk yaitu 5 ekor/ m2 atau 100 ekor induk dalam kolam berukuran 20 m2.  Untuk membedakan induk jantan dan induk betina lele sangkuriang adalah sebagai berikut :
Ciri-ciri induk lele jantan:
·         Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.

·         Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
·         Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
·         Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
·         Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
·         Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
·         Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

Ciri-ciri induk lele betina
·         Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.

·         Warna kulit dada agak terang.
·         Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
·         Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
·         Perutnya lebih gembung dan lunak.
·         Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).

Syarat induk lele yang baik:
·         Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
·         Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
·         Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
·         Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
·         Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
·         Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.
Pemberian Pakan
Untuk memperoleh induk yang berkualitas baik, pakan yang diberikan pada induk lele sangkuriang harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya, karena pakan yang baik akan menentukan kecepatan pematangan gonad. Dalam hal ini manajemen pemberian pakan sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan induk lele sangkuriang.
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kadar protein minimal 30% yang menunjukan bahwa pakan tersebut baik untuk diberikan ke induk. Karena protein akan digunakan untuk perkembangan telur, maka dengan kandungan protein yang tinggi dapat menyebabkan perkembangan telur berlangsung lebih cepat dan kualitas telur yang dihasilkan lebih baik. Pemberian pakan dilakukan secara abliditum dan dilakukan di dekat outlet agar makanan yang diberikan dapat termakan dan tidak banyak terbuang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
Pengelolaan Air
Lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan kualitas air, karena pada umumnya golongan ikan dari spesies clarias ini memiliki alat nafas tambahan yaitu aborescent organ sehingga ikan ini dapat hidup pada perairan dengan kandungan oksigen yang sangat rendah karena dengan adanya organ tersebut  lele sangkuriang dapat  mengambil oksigen secara langsung dari udara. Air dalam kolam pemeliharaan induk harus mengalir secara terus-menerus (kontinyu) sehingga sirkulasi air dalam kolam berjalan baik dan kebutuhan oksigen bagi ikan  terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya. 
 
Sumber : http://lelesangkuriang217.blogspot.com/2013/07/pemeliharaan-induk-lele-sangkuriang.html

Tips Mengatasi Kegagalan Pemijahan



Di Indonesia kita mengenal 2 musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Proses pemijahan pada kedua musim ini tentu mempunyai kendala dan tantangan khusus masing2. Pada musim penghujan, cuaca akan terasa sangat dingin dan jika musim kemarau tiba, cuaca akan terasa sangat panas. Hal ini jika tidak kita antisipasi dengan baik akan berdampak buruk pada hasil pijahan benih lele. Untuk mengantisipasinya, beberapa hal yang perlu kita lakukan adalah:

Pemijahan saat musim penghujan:
  • Pemberian sekam atau jerami pada dasar kolam sebelum pelapisan plastik atau terpal pada kolam pemijahan
  • Penaburan garam dapur(3sendok makan) secara merata diair kolam pemijahan, hal ini dilakukan jika air hujan masuk kedalam kolam dalam jumlah yang cukup banyak
  • Karena air hujan sangat kurang baik untuk larva lele, pemberian penutup pada permukaan kolam untuk mengantisipasi air hujan masuk dikolam sangat diperlukan
  • Pada pagi hari, biarkan sinar matahari masuk
  • Pengontrolan suhu sangat diperlukan agar suhu air kolam stabil yakni kisaran 27-30 derajat celsius, untuk itu buka tutup pada permukaan kolam sangat diperlukan\
  • Usahan lingkungan kolam pemijahan tidak becek atau bahkan tidak ada genangan air dengan cara pembuatan parit mengelilingi kolam pemijahan
Pemijahan saat musim kemarau:
  • Pemberian pelepah pisang atau karung berpori pada dasar kolam sebelum pelapisan plastik atau terpal dikolam pemijahan
  • Karena terik sinar matahari dapat menaikkan suhu air kolam, pemberian penutup pada permukaan kolam sangat diperlukan
  • Pemberian penutup dengan plastik diberi jarak 30-100cm dengan permukaan kolam agar sirkulasi udara dapat berlangsung
  • Jika suhu air kolam dingin, maka penutup dapat dibuka sebagian
  • Dipagi hari, penutup kolam dibuka agar sinar matahari dapat masuk
  • Disiang hari yang sangat panas dasar kolam (pelepah pisang) dibasahi dengan air
  • Penambahan debit air kolam sebaiknya dilakukan pada malam hari agar suhu air kolam dengan suhu air yang akan ditambahkan sama
Selain hal-hal diatas perlu kita antisipasi, ada faktor lain yang menyebabkan kegagalan dalam proses pemijahan:
  1. Air kolam kotor dan belum siap untuk tempat pemijahan
  2. Pemilihan indukan yang kurang tepat yakni perbandingan antara induk jantan dan induk betina tidak seimbang atau indukan belum berumur 1tahun sehingga telur belum matang
  3. Indukan cacat atau tidak sehat
  4. Ukuran kolam pemijahan terlalu sempit (minimal 2mX4m)
  5. Debit air yang terlalu sedikit atau berlebihan (minimal 30cm dan maksimal 40cm)
  6. Alat-alat penunjang pemijahan tidak steril dari penyakit (kolam untuk pemijahan sebaiknya dijemur 1hari sebelum diisi air bersih, paranet/ijuk dan pemberat harus dicuci bersih sebelum dimasukkan)
  7. Cuaca yang sangat ekstrim
  8. Cuaca yang berubah secara tiba-tiba yakni datangnya hujan lebat secara tiba-tiba disaat musim kemarau, dan sinar matahari yang sangat panas saat musim penghujan
  9. Pengangkatan indukan lele yang kurang sempurna (memakan waktu yang cukup lama) dari kolam pemijahan
  10. Paranet/ijuk terlalu lama dikolam pemijahan sehingga menyebabkan jamur (telur yang menempel pada paranet/ijuk tidak semua dapat menetas)
  11. Jumlah telur yang tidak menetas(berwarna bulat putih) jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan telur yang menetas sehingga air kolam menjadi berbau busuk
  12. Pemberian pakan yang tidak tepat dan berlebihan
  13. Penyortiran tidak rutin dilakukan 1minggu sekali sehingga ukuran benih tidak merata
  14. Membiarkan benih lele yang sakit atau mati tetap didalam kolam (benih yang sakit segera dikarantina dan yang mati segera diambil dari kolam)
  15. Tumbuhnya lumut pada kolam
  16. Air kolam tidak rutin ditambah 1minggu sekali
  17. Kondisi  kolam yang terlalu teduh atau sangat panas.


    Sumber : http://lelesangkuriang217.blogspot.com/2013/07/pemeliharaan-induk-lele-sangkuriang.html

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Lele Sangkuriang



Penetasan telur merupakan salah satu kegiatan pembenihan yang bertujuan untuk mendapatkan larva. Keberhasilan penetasan telur dan pemeliharaan larva akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembenihan ikan. Hal ini disebabkan karena larva merupakan salah satu stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan.
Beberapa faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi dalam pembenihan ikan antara lain adalah:

  1. larva memiliki tubuh dan bukaan mulut yang kecil, sehingga dalam pemberian pakan dan pengelolaan lingkungannya relatif sulit;
  2. larva membutuhkan pakan alami, sementara itu kegiatan kultur pakan alami juga mengalami tingkat kesulitan yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor – faktor yang mendukung dalam keberhasilan pemeliharaan larva, seperti padat penebaran pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan yang benar.
Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Beberapa hal penting yang harus diidentifikasi dalam kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva adalah :

  1. Penyesuaian kondisi suhu air media penetasan telur, mulai dari pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan pengkondisian penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan metode pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
  2. Penyediaan oksigen terlarut pada air media penetasan telur, mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan.
  3. Pencegahan kelebihan amoniak terlarut dalam air media penetasan telur akibat dari proses pembusukan cangkang telur dan telur yang tidak menetas. Pemilihan cara penanganannya dan jenis peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan keamanan.
  4. Pengelolaan kualitas air saat pemeliharaan larva, baik suhu, oksigen terlarut, maupun amoniak. Mulai dari pengukuran parameter kualitas air sampai dengan pengendaliaanya, disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keamanan.
  5. Pemberian pakan larva awal, meliputi : kapan larva bisa mulai diberi makan, jenis dan bentuk pakan apa yang cocok untuk diberikan, dosis dan frekuensi pemberian pakannya.

Proses Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

  1. Telur hasil proses pemijahan secara buatan
  2. Menyiapkan media penetasan telur dan pemeliharaan larva (Penyesuaian kondisi suhu dan Penyediaan oksigen terlarut
  3. Penetasan telur (Penyiponan cangkang telur  dan Penyiponan telur yang tidak dibuahi)
  4. Pemeliharaan larva (Pengelolaan kualitas air  dan Pemberian pakan)
  5. Hasil kegiatan penetasan telur dan pemeliharaan larva (Larva sehat dengan SR 70%).

Pemeliharaan Telur dan Larva
Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada keesokan harinya. Stadia telur merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut.
Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali.
Telur – telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur – telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan suhu. Pada ikan lele, membutuhkan waktu 18 – 24 jam dari saat pemijahan.
a. Penyesuaian kondisi suhu
Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan penetasan telur adalah suhu. Sampai batas tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal, sehingga ketika telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang baik untuk penetasan telur adalah sekitar 29 – 31oC.
b. Penyediaan oksigen terlarut
Selama proses penetasannya, telur – telur tersebut membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Oksigen tersebut masuk ke dalam telur secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur. Kebutuhan oksigen optimum untuk kegiatan penetasan telur ikan lele adalah > 5 mg/L. Oksigen tersebut dapat diperoleh melalu beberapa cara, yaitu

  1. memberikan aerasi dengan bantuan aerator;
  2. menciptakan arus laminar dalam media penetasan telur;
  3. mendekatkan telur kepermukaan air, karena kandungan oksigen paling tinggi berada dibagian paling dekat dengan permukaan air. Selain oksigen, untuk keperluan perkembangan, diperlukan energy yang berasal dari kuning telur (yolk sac) dan kemudian butir minyak (oil globule). Oleh karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi yang terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ tubuh embrio. 

c. Pencegahan serangan penyakit pada telur
Telur – telur ikan lele akan menetas dalam waktu 18– 24 jam setelah pemijahan terjadi. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva. Pada saat itu telur menetas menjadi larva. Untuk memperlancar proses penetasan, air sebagai media penetasan telur diusahakan terbebas dari mikroorganisme melalui beberapa upaya , yaitu

  1. mengendapkan air untuk media penetasan telur selama 3 – 7 hari sebelum digunakan;
  2. menambahkan zat antijamur seperti methylen blue , kedalam media penetasan;
  3. menyaring dan menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV);
  4. menggunakan air yang bersumber dari mata air atau sumur.

Setelah semua telur menetas, maka untuk menghindari adanya penyakit akibat pembusukan telur yang tidak menetas, kakaban/substrat tempat pelekatan telur ikan lele diangkat dari wadah penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian air sebanyak ¾ dari volume wadah. Pergantian air dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi air menjadi baik, sehingga layak dijadikan sebagai media pemeliharaan larva. 
d. Pengelolaan kualitas air larva
Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali sebanyak 50 – 70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Kotoran – kotoran tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati –hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersamakotoran.
e. Pemberian pakan larva
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75 – 1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi.
Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air),Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa

Sumber : http://lelesangkuriang217.blogspot.com/2013/08/penetasan-telur-dan-pemeliharaan-larva.html

Cara Pembuatan Kolam Terpal


A. Alat dan Bahan

No. Jenis alat/bahan Jumlah Kegunaan
1 Alat-alat


Palu 1 buah Memasang  pancang

Gergaji 1 buah Pemotong

Parang 1 buah Pemotong/belah bambu

Sekop 1 buah Gali saluran dan pematang

Mesin pompa air kekuatan 5,5pk 1 buah Menaikkan air
2 Bahan


Terpal 4 x 6 m 1 buah Sebagai wadah kedap air

Dinding bambu 2 buah Pelindung terpal dari luar

Patok kayu 24 btg Penguat/penahan terpal

Bambu gunung 6 btg  Penguat dinding bambu

Potongan pipa PVC 1 buah Pembuangan air

Karet ban motor 1 buah Pengikat terpal dengan PVC

Paku 7 cm 1 kg Penguat pancang dgn dinding

Tali nylon 4 mm 25 m Pengikat terpal bagian atas


B. Cara Pembuatan

Ada dua model kolam terpal yang dapat dibuat menurut lokasi dan kemudahan dalam mendapatkan bahan bakunya yaitu:
a) Model kolam terpal dinding pancang
Cara pembuatanya adalah:  
  1.  Sebelum membuat kolam terpal terlebih dahulu ditentukan terlebih dahulu lokasi yang tepat dalam membuatnya. Yang harus diperhatikan tingkat kemiringan lahan, sehingga dapat dengan mudah untuk mengalirkan air ke lahan pertanian. Kolam terpal sebaiknya dibangun di atas lahan yang agak tinggi dan tidak jauh dari sumber air (sumur yang dibuat)
  2. Sebelum dibuat kolam terpal harus sudah ada sumur bor diameter 6 inchi atau sumur gal
  3. Fasiitas yang lain adalah mesin pompa air bensin/solar dengan kekuatan 5,5 pk dengan pipa sedot berdiameter 2-3 inchi
  4. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu: alat-alat berupa parang, gergaji, palu, cangkul, sekop dll
  5. Siapkan bahan berupa terpal, kayu patok, dinding bambu ukuran 1 m x 6 m sebanyak 2 buah, pipa paralon diameter 2-3 inchi. Dengan panjang 25 cm, paku dan tali nylon
  6. Ratakan tanah dasar yang akan dibuat kolam dengan cangkul dan sekop, buanglag kerikil atau bekas akar kayu yang dapat membuat terpal bocor
  7. Ukur lokasi berbentuk segi empat menurut ukuran terpal jika ukuran terpal berukuran 7 x 9 meter maka ukuran dasamya yang harus dibuat adalah 6 x 8 meter dikurang dengan ketinggian terpal 1 meter
  8. Pasang patok kayu tegak lurus/vertical dengan menggali atau dipukul dengan palu sampai betul-betul kuat untuk menahan tekanan air nantinya
  9. Potong dinding menurut ukuran tinggi kolam yaitu 1 meter dengan panjang 6 meter jika kurang bisa disambung
  10. Pasang dinding pada tiang pancang dengan paku atau dinding tidak ada yang menonjol agar terpal yang akan dipasang tidak mudah robek
  11. Pasang terpal menurut bentuk dan ukuran kolam kemudian pasang bambu di atas patok, terpal diikatkan sisinya ke bambu dengan tali nilon tidak terlalu kencang agar elastis jika diisi air
  12. Lubang sudut terpal dan pasang pipa paralon untuk tidak bocor terpal diikat dengan ban motor sampai kencang
  13. Buatlah saluran keliling
  14. Pasang saringan pada pipa pembuangan, kolam terpal siap diisi dengan air dan beberapa hari kemudian kolam siap ditebar ikan lele. 

b) Model kolam terpal pematang tanah

  1. Persiapan sama dan poin 1 s/d4
  2. Ukur lahan yang akan dibuat kolam, kemudian bersihkan dan ratakan dasamya
  3. Buat profil dari bambu dan tali ukur lebar dan tinggi (lebar bawah pematang 1-1,5 meter lebar atas 50-75 cm dengan ketinggian 1 meter pematang yang akan dibuat jika ukuran terpal 7 x 9 meter maka lebar kolam yang dibuat adalah 6 x 8 meter dengan ketinggian pematang 75 cm
  4. Setelah dibuat propilnya maka mulai pematang dibuat dengan mengambil tanah urukan dan luar kolam dan galian saluran keliling sampai ketinggian 75 cm
  5. Pasang terpal dengan tinggi 75 cm sedangkan sisa terpal sepanjang 25 cm diletakkan mendatar di atas pematang
  6. Tutup lagi atas terpal dengan tanah berumput sampai ketinggian satu meter
  7. Lubangi sudut terpal bagian bawah dan pasangkan pipa paralon lalu diikat kuat dengan karet ban motor
  8. Pasang saringan pada pipa pembuangan dan kolam siap diisi air dan ditebar ikan lele.



C. Cara Membuat Lubang Saluran Outlet pada kolam terpal

Dapat digunakan pipa paralon (PVC) berdiameter 1,5" (inch) sepanjang 1 meter dengan sok penyambung yang sesuai untuk pipa paralon tersebut. Tentu saja Anda dapat menggunakan diameter dan ukuran panjang pipa paralon (PVC) serta sok penyambung yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan.
  1. Siapkan beberapa alat dan bahan sebagai berikut.

  • 1 pipa paralon (PVC) type D berdiameter 1,5" sepanjang lk 1 m atau lebih (sesuaikan dengan kebutuhan)
  • 1 sok penyambung untuk pipa PVC 1,5". Pilihlah sok penyambung yang berkualitas baik
  • 1 sok penutup, sesuai ukuran pipa PVC 1,5"
  • 1/2 lembar kertas gosok (amplas/ amril), pilihlahtype yang sedikit kasar (No 1 atau 1 1/2)
  • 1 mata gergaji besi
  • 1 mata pisau/ cutter (ukuran sedang) dan juga lembaran terpal yang akan Anda gunakan sebagai media (kolam) pemeliharaan ikan

  1. Dengan menggunakan gergaji besi, bagilah ujung pipa paralon menjadi dua bagian yang sama, searah panjang pipa sepanjang kira-kira 8-10 cm.
  2. Sisipkan bagian ujung lembaran amplas pada lubang yang dibuat sebelumnya dan putarlah lembaran amplas tersebut mengelilingi ujung pipa paralon sehingga terbalut sempurna.
  3. Ujung pipa paralon yang telah terbalut amplas kemudian dimasukkan ke lubang sok penyambung. Lakukan secara perlahan dan hati-hati sehingga tidak terjadi sobekan atau lipatan pada kertas amplas tersebut.
  4. Putarlah ujung pipa berikut amplas pembalutnya di dalam lubang sok penyambung, pastikan putaran pipa adalah searah dengan proses pembalutan amplas. Lakukan beberapa putaran hingga diperoleh tingkat kekasaran yang merata pada sisi dalam lubang sok. Jika sudah, cabutlah pipa paralon berikut ampas dari lubang sok penyambung tersebut dengan sedikit tarikan sambil tetap mempertahankan arah putaran.
  5. Lepaskan amplas dari ujung pipa paralon (PVC)kemudian letakkan lembaran terpal secara tegak lurus pada ujung pipa paralon (PVC) pada lokasi dimana lubang pembilas pada terpal akan dibuat kemudian pada sisi terpal yang berlawanan dipasang sok penyambung (yang sisi/ bagian dalamnya telah dikasarkan) lalu tekanlah sok secara perlahan hingga pipa paralon dan lembaran terpal masuk ke dalam lubang sok. Agar diperoleh sambungan yang benar-benar rapat, proses penekanan dapat dibantu dengan memukulkan sebatang kayu pada permukaan sok secara perlahan agar bagian terpal yang berada dalam jepitan sok dan pipa PVC tidak sampai cacat/ sobek. 
  6. Buatlah sayatan pada berbentuk 'cross' atau 'X' pada permukaan terpal dengan menggunakan ujung pisau tajam (cutter) secara hati-hati. Usahakan setiap ujung sayatan tidak sampai menyentuh bagian tepi sisi dalam sok penyambung. Potonglah bagian terpal di sekeliling sisi dalam sok penyambung dengan menggunakan pisau (cutter) hingga diperoleh lubang yang rapi. 


Sumber : http://lelesangkuriang217.blogspot.com/2013/08/cara-pembuatan-kolam-terpal.html

Murottal Online

Listen to Quran

Daftar Isi